buah ciplukan
Semasa kanak-kanak, saya mengenal buah ini sebagai tanaman liar yang biasa dipetik oleh teman-teman saya. Mereka memakannya, sebagian lagi dibuat mainan, dan sebagian lagi diberi ke ibunya untuk diolah menjadi manisan.
Dahulu, buah ini banyak ditemui di sudut-sudut kampung dan sawah tempat saya bermain. Bersama kecubung, tanaman yang tidak bisa kami konsumsi, serta pohon keres. Akan tetapi, menemukan ciplukan seolah menemukan emas di jaman sekarang. Hadirnya sudah menjadi langka.
Ciplukan memiliki nama latin Pysalis Angulata. Dia bisa tumbuh subur secara liar dimanapun. Baik itu area persawahan, maupun kebun warga.
Hadirnya yang bertumbuh di sembarang lahan membuat komoditas satu ini dipandang sebelah mata. Padahal, selain kaya manfaat, ciplukan kini harganya sudah mencapai langit. Predikat buah liar tak ada harganya kini sudah tidak berlaku lagi.
Buah ini memiliki rasa asam manis yang khas. Warnanya hijau kekuningan dan dibalut dengan kulit tipis. Kendati tumbuh secara serampangan di Indonesia, nyatanya ciplukan bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini berasal dari negara tropis Amerika dan tersebar ke beberapa kawasan di Pasifik, Australia dan Asia. Ciplukan dapat tumbuh di dataran rendah atau di bawah pohon dengan kontur tanah yang agak lembab.
Di lembah Amazon, ciplukan dimanfaatkan sebagai pembersih darah, obat penenang, anti rematik dan bisa meredakan sakit telinga. Sementara itu, di Taiwan dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk diabetes, malaria, asma dan hepatitis.
Di Peru, daun Ciplukan digunakan untuk mengobati penyakit hati, hepatitis dan malaria. Sementara di Afrika Barat, ciplukan dipercaya bisa menyembuhkan penyakit kanker.
Di Indonesia, ciplukan terkenal dengan nama yang berbeda setiap daerahnya. Misalnya di Sunda dikenal dengan nama cecenet. Di Madura, terkenal dengan nama nyornyoran, orang Bali mengenalnya dengan Keceplokan, dedes, atau leletep. Dan orang Minahasa menyebutnya dengan leletokan.
Meskipun tumbuh liar di tanah tak bertuan, buah ini memiliki khasiat yang luar biasa untuk berbagai penyakit. Mulai dari penyakit jantung, demam, tekanan darah tinggi, asma, kanker payudara, menghilangkan kuning pada bayi baru lahir, menurunkan kolesterol, menambah darah, diabetes, penawar racun, epilepsy hingga kurap.
Baca Juga:
- Mengenal Bakteri Salmonella, Biang Keladi Kinder Joy Ditarik dari Pasar
- Konsumsi Susu Saat Puasa Ramadan, Ini Manfaatnya Bagi Tubuh
- Mengapa Telur dan Kelinci Identik dengan Perayaan Paskah?
Mengapa ciplukan diburu dan berkhasiat? Sebab, menurut penelitian satu buah ciplukan terdiri dari antioksidan yang tinggi. Hal ini yang membuat ciplukan menjadi suplemen yang kaya nutrisi dan bisa berkhasiat mengobati berbagai penyakit.
Antioksidan dalam ciplukan ini diklaim mampu menetralkan radikal bebas dan dapat melindungi tubuh dari berbagai penyakit.
Dalam ciplukan juga mengandung antiinflamasi yang bisa mengurangi nyeri radang sendi, nyeri otot, asam urat hingga wasir. Ciplukan juga bisa mengatasi rasa nyeri akibat penyakit lupus.
Ciplukan memiliki kalori lebih ringan, yakni 53 kalori per 100 gram. Ciplukan penyumbang nutrisi yang besar tanpa khawatir lemak. Ini tentunya baik bagi keseimbangan kolesterol dan jantung sehat.
Tak hanya buah ciplukan saja, akar dari pohon ciplukan juga bisa untuk mengobati demam dan obat cacing. Daunnya biasa digunakan orang-orang untuk mengobati patah tulang, bisul, dan juga borok.
Walaupun buah ciplukan kaya akan manfaat, namun harus dikonsumsi sesuai porsinya. Sebab, jika mengonsumsi terlalu banyak maka bisa menyebabkan orang yang makan tadi mabuk.
Dahulu, ciplukan pada zaman Romawi dikenal sebagai tumbuhan penyelamat. Sebab, ketika pertempuran Romawi melawan Iran yang berlokasi di Iran Selatan, banyak prajurit yang terluka parah.
Untuk mengobati lukanya, prajurit memakan buah ciplukan yang tumbuh liar di sana. Sementara itu, daunnya dipakai untuk membalut luka perang tadi. Daunnya dihaluskan dan ditempelkan pada luka prajurit.
Perlahan, lukanya cepat mengering dan sembuh. Para prajurit pun menyebutnya dengan tumbuhan Physalis yang artinya penyelamat.
Buah ciplukan yang mahal sesungguhnya sebanding dengan manfaatnya. Buah ini mengandung banyak senyawa aktif seperti saponim pada tunasnya, flavonoid pada daun dan tunas, polifenol dan fisalin pada buah, withangulation A pada buah, asam palmitat dan stearat pada biji, alkaloid pada akar, chlorogenik acid pada batang dan daun, tannin pada buah, kriptoxantin pada buah, dan vitamin C dan gula.
Dulu, buah yang dalam bahasa Inggris bernama Ground Cherry ini terlihat tak ada harganya. Namun kini, telah menjadi komoditi yang memiliki nilai jual yang terbilang tinggi. Di supermarket besar, bisa dijumpai buah ini dibandrol Rp200.000-Rp500.000 per kilo.
Meskipun harganya selangit dan manfaatnya tinggi, sayangnya hingga saat ini ciplukan masih tumbuh liar dan masih sedikit petani bahkan bisa dibilang, nyaris tidak ada yang membudidayakannya.