The santri are reading the holy book of the Qur’an in the middle of the night.
Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia yang bersifat tradisional. Lembaga ini telah hidup sejak 300-400 tahun yang lampau, menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat muslim.
Pada masa kolonial, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sangat berjasa bagi pribumi Islam. Pesantren menjadi penyedia pendidikan bagi kaum pribumi yang tidak bisa mengakses oendidikan ala barat yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Sejak awal pertumbuhannya, fungsi utama pesantren adalah menyiapkan santri mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau lebih dikenal tafaqquh fial-din, dan melakukan dakwah menyebarkan agama Islam serta benteng pertahanan umat dalam bidang akhlak.
Sejalan dengan fungsi tersebut, materi yang diajarkan dalam pondok pesantren semuanya terdiri dari materi agama yang diambil dari kitab-kitab klasik yang berbahasa Arab atau lebih dikenal dengan kitab kuning.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki akar kuat pada masyarakat muslim Indonesia, dalam perjalanannya mampu menjaga dan mempertahankan keberlangsungan dirinya serta memiliki model pendidikan multi aspek.
Menurut Azyumardi Azra dalam buku Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII: Akar Pembaruan Islam Indonesia, pesantren jika disandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia, merupakan sistem pendidikan tertua dan dianggap sebagai produk budaya Indonesia.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang dimulai sejak munculnya masyarakat Islam di Nusantara.
Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan ini semakin teratur dengan munculnya tempat pengajian. Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian tempat-tempat menginap para santri yang kemudian disebut pesantren.
Meskipun bentuknya masih sangat sederhana, pada waktu itu pesantren merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang terstruktur sehingga pendidikan ini dianggap sangat bergengsi.
Di lembaga inilah kaum muslimin Indonesia mendalami doktrin dasar Islam, khususnya menyangkut praktek kehidupan keagamaan
Awal perkembangan pesantren di Jawa Timur dimulai pada akhir pemerintah Majapahit di daerah Ampeldenta Surabaya.
Perkembangan pesantren di masa-masa selanjutnya tidak terungkap dengan jelas. Batasan tentang penggunaan sebutan pesantren juga belum jelas.
Kriteria tentang pesantren dikembangkan oleh Zamakhsyari Dhofier dengan melihat adanya lima elemen pokok yang harus ada dalam pesantren. Lima elemen tersebut adalah pondok, masjid, santri, pengajaran kitab kuning, dan kiai.
Berdasarkan kriteria tersebut maka Martin Van Bruinessen dalam bukunya Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia, menyatakan bahwa pesantren yang tertua di Jawa Timur adalah Pesantren Tegalsari di Pacitan yang didirikan pada tahun 1710.
Baca Juga:
- Snouck Hurgronje, Penyusup Jubah Agama Dalam Kejatuhan Aceh di Tangan Kolonial
- Pena dan Lisan: Mengenal Buya Hamka, Strategi Pendidikan dan Dakwahnya
- Peran Sunan Gresik, Si Kakek Bantal dalam Membangun Sistem Irigasi di Tanah Jawa
Di Jawa Timur setelah pesantren Tegalsari tercatat beberapa pesantren besar yang berpengaruh, antara lain Pesantren Sidogiri Pasuruan didirikan tahun 1745, pesantren Panji Siwalan Sidoarjo didirikan tahun 1770.
Pesantren Tremas Pacitan didirikan tahun 1830, Pesantren Langitan Tuban didirikan tahun 1852, Pesantren Jampes Kediri didirikan tahun 1886, Pesantren Guluk-guluk Sumenep didirikan tahun 1887.
Dua pesantren yakni Pademangan Bangkalan dan Maskumambang Gresik tidak diketahui dengan pasti kapan berdirinya, tetapi diperkirakan pada pertengahan abad 19.
Di antara pesantren tesebut Pesantren Tremas, Langitan, Panji Siwalan, dan Pademangan Bangkalan adalah pesantren yang melahirkan kiai-kiai besar dan pesantren induk pada periode ini.
Usaha dakwah yang lebih berhasil di Jawa terjadi pada abad ke-14 M yang dipimpin oleh Maulāna Mālik Ibrāhīm dari tanah Arab. Menurut sejarah, Maulāna Mālik Ibrāhīm ini adalah keturunan Zainal Abidin (cicit Nabi Muhammad).
Ia mendarat di pantai Jawa Timur bersama beberapa orang kawannya dan menetap di kota Gresik. Sehingga pada abad ke-15 telah terdapat banyak orang Islam di daerah itu yang terdiri dari orang-orang asing, terutama dari Arab dan India.
Di Gresik, Maulāna Mālik Ibrāhīm tinggal menetap dan menyiarkan agama Islam sampai akhir hayatnya tahun 1419 M.
Sebelum meninggal dunia, Maulāna Mālik Ibrāhīm (1406-1419) berhasil mengkader para muballig dan di antara mereka kemudian dikenal juga dengan wali.
Para wali inilah yang meneruskan penyiaran dan pendidikan Islam melalui pesantren. Maulāna Mālik Ibrāhīm dianggap sebagai perintis lahirnya pesantren di tanah air yang kemudian dilanjutkan oleh Sunan Ampel.
Sering kita mengetahui dalam catatan sejarah dinyatakan bahwa sejarah perkembangan pesantren di Indonesia sangat erat kaitannya dengan sejarah Islam di Indonesia sendiri.
Pada masa Wali Songo yang menggunakan pesantren sebagai salah satu tempat Islamisasi masyarakat Indonesia, dan di sisi lain pesantren menyemaikan semangat perlawanan terhadap penjajah (nasionalisme).
Pesantren dikembangkan secara luas oleh Wali Songo di tanah Jawa, yang mana dikatakan bahwa pelopor pertamanya ialah Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Maghribi (Gresik) yang diyakini sebagai orang pertama dari sembilan yang terkenal dalam penyebaran Islam di Jawa,
Akan tetapi, pada perkembangan berikutnya tokoh paling sukses dalam pengembangan pondok pesantren ialah Sunan Ampel (Raden Rahmat), yang kemudian menelurkan beberapa pondok Wali Songo lainnya, seperti Pesantren Giri, Pesantren Demak, Pesantren Tuban, Pesantren Derajat dan pesantren-pesantren lain di Nusantara.
Dengan demikian, dalam sejarah perjalanannya, pesantren telah berhasil melakukan upaya-upaya kontekstualisasi ajaran Islam dengan budaya lokal.
Kalangan pesantren pada masa awal Islam, telah dapat menampilkan sekaligus mengajarkan Islam yang dapat bersentuhan mesrah dengan nilai-nilai, keyakinan, dan ritual pra Islam.
Malahan dalam beberapa kasus, keyakinan-keyakinan dan ritus-ritus tersebut, dipertahankan dan dipraktikkan dengan diberi muatan dan corak Islami oleh sebagian masyarakat Muslim hingga saat ini.
Dari gambaran di atas, jelaslah bahwa pesantren yang merupakan lembaga pendidikan di Indonesia, yang tumbuh dan berkemban sejak ratusan tahun lalu, masih eksis dan dibutuhkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat Muslim Indonesia.
Secara umum perkembangan pesantren meningkat dengan cepat pada awal abad 20 karena banyaknya orang yang pulang dari menunaikan ibadah haji pada akhir abad 19.
Beberapa orang di antara haji tersebut berhasil mendirikan pesantren yang menjadi besar dan memiliki santri cukup banyak tersebar di seluruh wilayah Jawa Timur. Pesantren tersebut antara lain Tebuireng, Rejoso, Lirboyo, Sukorejo, dan Gontor (Pondok Modern Gontor, 1941).
Pola hubungan antar pesantren di Jawa Timur didasarkan atas tiga hal. Pertama hubungan kekerabatan antar kiai, kedua, hubungan guru-murid, dan ketiga hubungan kesejawatan antar santri.
Perpaduan tiga pola hubungan antar pesantren membentuk jaringan di seluruh wilayah Jawa Timur, yang dalam penelitian ini disebut sebagai jalinan mata rantai pesantren.
Perpaduan pola tersebut juga memberikan gambaran perkembangan pesantren secara kuantitatif yakni dalam jumlah dan perluasan penyebaran di wilayah Jawa Timur.
Dengan demikian, peta penyebaran pesantren di Jawa Timur abad 20 dapat diketahui sekaligus juga mununjukkan peran silsilah pesantren dalam memperkuat jalinan mata rantai pesantren tersebut.
Perkembangan pesantren di Jawa Timur pada abad 20 tidak lepas dari keberadaan pesantren besar sebelum abad 20, yakni Pesantren Tegalsari, Tremas, Langitan, Panji Siwalan, Pademangan dan Sidogiri.
Para kiai pendiri pesantren induk pada abad 20 merupakan hasil didikannya. Pesantren induk merupakan pesantren yang alumninya banyak mendirikan pesantren baru.
Pesantren tersebut adalah Pesantren Tebuireng, Rejoso, Lirboyo, Sukorejo, dan Gontor. Pesantren-pesantren telah memperluas dan memperbesar jalinan mata rantai pesantren di Jawa Timur di masa-masa berikutnya.